top of page
Dari Fenomena Lupus hingga Lahirnya Kami

 

Hingga detik ini pertanyaan “Apa itu Lupus?” Masih sering dibicarakan. Ide yang mendorong untuk menciptakan sebuah konsep pangabdian Griya Kupu Solo berangkat dari banyaknya kesenjangan pengetahuan yang tumbuh di masyarakat. Kesenjangan pengetahuan tersebut menyebabkan persepsi atau anggapan masyarakat yang tidak tepat. Seperti di Sragen misalnya, Orang dengan Lupus (Odapus), sebutan bagi pasien Lupus, dikucilkan masyarakat setempat karena fisik yang berubah drastis. Ironisnya lagi, keluarga kurang mampu juga tidak tersentuh Jaminan Kesehatan dari Pemerintah sehingga memperparah keadaan. Belum lagi pengobatan yang terus menerus dilakukan menyebabkan penyakit ini terlihat begitu mengerikan.

Sejenak mengenal Lupus bahwa penyakit ini tergolong pada penyakit autoimun. Selain itu, Lupus sangat mungkin menyerupai penyakit lain karena tingkat komlpeksitas yang begitu tinggi sehingga sering disebut The Great Imitator. Dengan demikian, Winjani Prita Dewi yang juga merupakan seorang Odapus, mengajak beberapa orang untuk merealisasikan ide didirikannya sebuah komunitas Lupus. Sebagai wadah sekaligus pusat informasi bagi Odapus khususnya di Solo Raya, pada tanggal 21 September 2011 terbentuklah komunitas Griya Kupu Solo. Bersama Miqdad Azizta Pugara sebagai Sang Konseptor, serta tiga orang yang lain yakni Wanda, Diyah Ayu Hardiyani, dan Innana Mardhatillah, semuanya merupakan Mahasiswa Universitas Sebelas Maret mempelopori berdirinya Griya Kupu Solo dengan memanfaatkan momentum Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-M).

Dengan kerja sama yang baik dari menyusun proposal hingga program kerja, PKM-M ini akhirnya menembus persetujuan DIKTI. Semangat yang semakin berapi mendorong untuk semakin bekerja keras hingga Griya Kupu Solo pun berhasil melaju pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional dengan predikat Juara Favorit.

Keuletan dan ketelatenan tidak hanya membuahkan prestasi tetapi juga penghargaan “Lifetime Achievement Syamsi Dhuha Foundation 2012” dengan kategori Support Group dan Juara 1 kategori Penelitian untuk Pengabdian. Semangat Odapus sebagai anggota juga telah menorehkan kebanggan dengan adanya World Record dalam melakukan kolaborasi penulisan kisah hidup pada Novel Surat Untuk Tuhan karya Damien Dematra.

Siapa bilang Lupus mematikan? Siapa bilang Lupus menghentikan mimpi dan cita-cita? Griya Kupu Solo selalu mengajak bahwa hidup positif akan sangat besar manfaatnya. Sakit tetap bisa membanggakan, bahkan Lupus sekalipun. Mendampingi 57 Odapus di Solo Raya bersama 20an volunteers yang terdata, Griya Kupu Solo membuka mata masyarakat bahwa pemahaman terhadap Lupus sangat penting dilakukan. Peran aktif masyarakat, pemerintah, dan kalangan medis akan sangat membantu terciptanya pemahaman Lupus sebagai penyakit yang bisa ditangani dan tidak mengerikan. Bahkan hingga detik ini, Griya Kupu Solo telah melebarkan sayap di wilayah Magetan, Malang, Ngawi, Sulawesi dan Kalimantan.

Program kegiatan yang dilaksanakan oleh Griya Kupu Solo tidak berhenti pada memberikan sosialisasi di masyarakat. Masih banyak kegiatan yang mengasyikkan diantaranya kunjungan bagi Odapus, Konseling dan Pendampingan, Bakti Sosial, Creative Training, Gathering, dan Tali Asih. Pada berbagai kegiatan tersebut banyak hal yang dapat dipelajari, disyukuri, dan dinikmati. Susah ataupun senang, apabila dimaknai dengan keikhlasan akan membawa pada kebahagiaan yang tak terbatas. Satu hal yang sangat berharga adalah hidup. Namun hidup adalah jalan menuju mati. Untuk itu, dalam menghabiskan sisa hidup, bermanfaat bagi orang lain adalah hal yang sangat bernilai. Griya Kupu Solo dalam peduli terhadap Lupus mengutamakan kemanfaatan bagi sesama. Pelajaran lain yang dapat dipetik adalah konsisten dan usaha memperjuangkan suatu hal yang baik akan membuahkan hasil yang memuaskan dan baik pula.

Sekarang siapa yang masih menyangsikan bahwa sakit membatasi ruang gerak manusia? Allah telah memberikan cobaan sesuai kadar kekuatan hambaNya. Jadi, selagi dapat bermanfaat bagi sesama, tunjukkan pada dunia bahwa hidup bukan seperti air mengalir yang hanya ikut alur aliran ke muara. Hidup yang konon mampir ngombe (mampir minum) harus dapat disetting mau minum apa. Kopi, teh, sirup, susu, cokelat, atau air putih saja itu pribadi masing-masing yang harus menentukan bukan ditentukan. Nah, apa pilihanmu??? Tentukan!

 

 

Best Regard, Salam Penuh Cinta.

 

 

 

Winjani Prita Dewi

(Ketua Griya Kupu Solo)

 

bottom of page